Menikah adalah sebuah ibadah terlama, maka kesabaran, keihklasan dan saling menghargai pasangan adalah bumbu yang harus di racik setiap waktu, dibenahi dan dievaluasi sehingga ibadah ini menjadi ibadah terlama, namun terasa ringan dan menyenangkan dalam menjalaninya.
Rasulullah Saw telah membawa ajaran agama Islam yang membuat hati kita sejuk, damai dan aman, serta sebagai pedoman hidup yang akan membawa kita ke jannah-Nya
Gambaran surga di dalam Al qur'an itu diciptakan sebagai tempat yang indah, luas, nyaman dan penuh kedamaian.
Namun, berbeda dengan keadaan di dunia. Kita di dunia yang tentunya sebagai ladang juang kita
banyak sekali menemui kerikil-kerikil tajam berupa masalah sebagai ujian, cobaan, pengingat bagi orang-orang yang berfikir.
Bahkan, sebagian besar sudah dikatakan sebagai azab atau celaan.
Prahara pernikahan melanda bukan bagi pasangan muda saja tetapi juga bagi pasangan yang sudah lama terikat ikatan suci pernikahan.
Ketidak harmonisan perjanjian akad nikah di sebabkan oleh persoalan- persoalan di depan mata kita mulai dari hal-hal yang sepele sampai masalah ekonomi, godaan pelakor-pebinor dan lain-lainnya yang menyebabkan hilangnya makna pernikahan. Bahkan pasangan hidup kita tidak bisa menjadi tempat sandaran yang nyaman tapi justru menjadi sasaran kebencian kita.
Masalah tersebut memunculkan pendapat yang terkesan menghakimi kita ketika berhadapan dengan situasi tersebut.
Sebagian menyalahkan dan menuntut istri, karena wanita itu harus patuh dan taat pada suami.
Baru-baru ini ada contoh kejadian rumah tangga
dimana seorang istri yang tidak dinafkahi oleh suaminya, pada saat suaminya pulang dalam keadaan mabuk, sang istri memukul suaminya dan ternyata sang istri di laporkan dan di tahan dengan tuduhan KDRT.
Hal tersebut membenarkan klaim bahwa ketaatan pada suami itu mutlak meskipun suaminya bermaksiat, dan semua ini tidak sesuai dengan pandangan syari'ah.
Ini bermula karena adanya neraka di dalam rumah tangga.
Naudzubillahi mindzalik.
Kita sebagai pasangan suami-istri, khususnya seorang istri sulit sekali untuk mewujudkan pernikahan yang sakinah mawadah warohmah .
Sesuai dengan surat
Ar Rum Ayat 21
Allah berfirman ;
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir".
Hakekatnya cobaan yang datang setelah pernikahan itu adalah ujian yang harus dihadapi dengan kematangan sikap dan kematangan berpikir, idealnya dengan selalu berpikiran positif, terbuka dan membangun prasangka baik kepada Allah dan terhadap pasangan.
Rasulullah bersabda bahwa ;
"Tidak satu duri pun tertancap pada diri manusia kecuali telah gugur dosa dosanya."
Insyaa Allah, yang terjadi pada diri kita adalah sebuah kebaikan.
*Islam Mengatur Pernikahan .*
Islam datang membawa petunjuk dan rambu-rambu kepada umat dengan rasulullah sebagai contoh tauladan yang terbaik.
Dikisahkan oleh seorang sahabat sekaligus anak angkat rasulullah yakni Zaid bin Haritsah bahwa, ketika hidup bersama rasulullah selama 15 tahun tidak pernah terjadi bentakan, kehebohan, kegaduhan di rumahnya rasulullah.
Islam merupakan petunjuk yang shohih, yang darinya lahir sebuah aturan dan petunjuk bagi manusia. Maka penerapan Alquran dan hadist akan
membentuk aturan yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sehingga, tidak terjadi benturan atau ketidak seimbangan.
Karena sesungguhnya, ketidak harmonisan itu muncul ketika kita mengabaikan Islam sebagai aturan yang menyeluruh, yang mengatur aspek kehidupan tak terkecuali soal pernikahan.
Kunci pernikahan ada pada bagaimana melihat pasangan kita sebagai pasangan yang tak pernah menjemukan, caranya:
1. Jangan bosan menyelami kembali tujuan pernikahan yaitu ridho Allah Ta' ala
2. Bersabar, karena pernikahan itu Ta'aruf yang sebenarnya.
3. Jika terjadi perselisihan memuncak dan tidak bisa di selesaikan maka bisa dilakukan mediasi dengan mendatangkan juru damai yang terpercaya.
4. Ta'dib suami pada istri yang nusuz.
5. Introspeksi diri dan jangan saling menyalahkan.
6. Jalin komunikasi yang baik.
Suasana pernikahan yang kita jalani memang terkadang sejuk dan sesekali kering, dan ada kalanya datar atau flat, sebab menyatukan dua karakter itu tidak mudah.
Tips agar keduanya bisa bersatu adalah dengan menyepakati visi dan misi pernikahan yang sama, bagi yang belum menikah.
Bagi yang sudah terlanjur menikah, hendaknya bersama suami membangun komitmen ulang dari pernikahan, yakni untuk menggapai surgaNya Allah.
Yaitu, dengan menunaikan hak dan melakukan kewajiban dalam pernikahan, di situlah akan terjadi ta'awun atau saling tolong menolong sejati.
Cara dan aturan itulah yang akan menghasilkan pernikahan sakinah, mawaddah wa rahma sehingga terasa ada surga di rumah kita.
Wallahu a'lam bishowab.
No comments: