banner image

Ikhlas Dalam Perjuangan dan Pengabdian



 

Kehidupan semasa kecil pada tahun 1970-an, tidak sama seperti zaman sekarang. Semua terasa damai dan indah. Apalagi hidup di kampung yang penuh dengan hamparan sawah nan hijau dan bukit-bukit kecil nan indah. Apabila mentari bersinar terang, masyarakat kampung terutama anak-anak sangat gembira, karena mereka bisa melepaskan keinginan bermain sepuasnya dengan riang. 


Pagi yang cerah

Dentang jam dinding terdengar berdetak empat kali. Tubuh mungil Epi yang baru berusia 6 tahun tersentak dari mimpinya. Dari kejauhan, terdengan sayup suara kokok ayam mendendangkan pagi telah datang. 


"Wuaaaah", terdengar suara Elfi yang coba menggeliatkan badannya dengan sedikit malas. Kemudian ia meluruskan tubuh, dan perlahan mulai tegak berdiri dari dipan (tempat tidur yang terbuat dari kayu), seraya mengocok matanya dengan dengan. Setelah pandangan merasa telah terang, iapun membungkukan badan dan mengambil selimut yang berserakan tadi, dilanjutkan dengan merapikan bantal dan membereskan tempat tidurnya. 


Setelah beres, Ia melangkahkan kaki mengambil handuk yang tergantung dekat pintu kamar, terus masuk dan pergi ke kamar mandi. 


“uhhhh, segarnya tubuh ini,” ucapnya berkata saat air yang ditimba mengguyur sekujur tubuh.


Epi, yach itu nama yang dianugerahi kedua orang tuanya. Dengan tubuh rada jangkung, berhias sorot mata yang tajam dan lembut, menggambarkan seorang pekerja keras dan mempunyai kepribadian yang kuat. 


Sesekali terdengar Ia bersiul dan berdendang di bibirnya yang mungil.


Tak lama berselang, Iapun keluar dan berpakaian untuk bersiap-siap pergi ke Mushola yang terletak tidak berapa jauh dari rumahnya. Di luar sana, suara burung terdengar berkicau sangat ramai sekali, menandakan bahwa cuaca di pagi hari ini sangat cerah, ditambah dengan pantulan sinar matahari yang menembus kaca hingga dinding kamar. Hal ini menandakan keriangan di hati Epi yakin bahwa cuaca di pagi hari ini sangat cerah dan bagus.


Sejenak Ia terdiam, lalu berfikir menyadari bahwa hari ini adalah hari minggu, rasanya sangat senang dan gembira sekali, karena di hari Minggu ini tidak ada kegiatan belajar di sekolah.

Seketika Ia ingin memejamkan mata, dan kembali larut dalam tidur. Seolah-olah ingin menghabiskan hari Minggu ini dengan tertidur di kamar sambil menikmati hangatnya tempat tidur yang terkena pantulan cahaya matahari.


Namun belum sempat asik memeluk guling dan mulai memejamkan mata, aroma harum masakan ibu, membuyarkan keinginannya untuk tiduk bermalas-malasan lagi. 


Tanpa berpikir lagi, Iapun langsung beranjak dari tempat tidur menuju ke dapur untuk memastikan benar atau tidak ibu yang memasak masakan yang aroma itu mengugah selera. Ternyata apa yang Ia perkirakan terjawab, saat senyuman ibu yang sangat manis, memanggil namanya.


“sini nak, ayo cicipi dulu masakan Ibu!, terdengar suara ibu yang memanggil nama Epi untuk menghampirinya.


Tanpa tunggu panggilan yang ke dua kali, Epi langsung bergegas menuju ibu yang tengah asik beres-beres di dapur. 


“nich coba, apakah garamnya sudah pas?,. ucap Ibu yang tengah menghidangkan masakan itu di atas meja dapur. 


“hmmmm, enaaaaak. Pas, sudah pas garamnya Bu!. Kata Epi. 

 “eits, tiba-tiba terdengar suara Ibu menghentikan gerakan tangan Epi yang tanpa sadar kembali meraih ikan gurame di atas piring untuk coba di cicipi lagi.


“tidak boleh ya, nak. Kalau ingin ikannya, ya harus bersama nasi. Ayo, tolong bawakan nasi beserta ikannya ke meja makan. Akan lebih nikmat bila kita makan bersama-sama, ya. 


bersambung Episode 2

Ikhlas Dalam Perjuangan dan Pengabdian Ikhlas Dalam Perjuangan dan Pengabdian Reviewed by Admin on April 30, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.